Analogi
merupakan salah satu pendekatan bentuk yang digunakan dalam dunia arsitektur. Menurut
Donna P. Duerk, Analogi merupakan suatu usaha untuk mencapai persamaan dan kesamaan
terhadap benda-benda Arsitektur dengan berbagai macam hal. Pendekatan
analogi dapat dikatakan berhasil jika pesan yang ingin disampaikan atau objek
yang dianalogikan dapat dimengerti oleh mayoritas orang. Dalam konsep analogi,
hal yang terpenting adalah persamaan antara bangunan dan objek yang
dianalogikan. Maksud persamaan ini adalah pesan yang akan disampaikan nantinya.
Bukan benar-benar bentuk atau pun ukuran bangunan yang serupa.
Terdapat
berbagai macam konsep analogi dalam dunia Arsitektur. Dalam pembahasan ini akan
dibahas 3 macam konsep analogi dalam arsitektur, yaitu :
·
Analogi Biologis
Yang
dimaksudkan oleh analogi biologis adalah proses Analogi Arsitektur yang
menganggap bahwa membangun adalah proses biologis bukan proses estetis.Dengan
arti yang lebih luas, dalam merancang menggunakan pendekatan Analogi Biologis
maka arsitek tersebut lebih mengedepankan proses pembangunanny aterhadap fungsi
dan keadaan serta keberadaan bangunan tersebut terhadap lingkungan sekitar
daripada mengedepankan keindahan bentuk bangunan. Analogi ini didasari 2 sifat,
yaitu :
1 Organik
Bersifat umum, dengan metode
terpusat pada hubungan antara bagian-bagian bangunan atau antara bangunan
dengan penempatannya/penataannya.
2 Biomorfik
Lebih bersifat
khusus,dengan metode terpusat pada pertumbuhan proses-proses dan kemampuan gerakan
yang berhubungan dengan organisme.
Secara harfiah dalam arsitektur istilah organik berarti
sebagian untuk keseluruhan – keseluruhan untuk sebagian. Arsitektur
Biomorfik kurang terfokus terhadap hubungan antara bangunan dan lingkungan dari
pada terhadap proses-proses dinamik yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perubahan organisme. Biomorfik arsitektur berkemampuan untuk berkembang dan
tumbuh melalui : perluasan, penggandaan, pemisahan, regenerasi dan perbanyakan.
Salah satu arsitek ternama yang menggunakan analogi sebagai karyanya yaitu
Frank Lioyd Wright dengan karyanya “The Falling Water”, menurutnya arsitektur
dengan analogi biologis memiliki 4 karakter, yaitu :
a.
Berkembang dari dalam ke luar, harmonis terhadap sekitarnya dan tidak dapat
dipakai begitu saja.
b,
Pembangunan konstruksinya timbul sesuai dengan bahan-bahan alami, apa adanya
(kayu sebagai kayu, batu sebagai batu, dll).
c.
Elemen-elemen bangunannya bersifat terpusat (integral).
d.
Mencerminkan waktu, massa, tempat dan tujuan.
The Falling Water
Bangunan
ini merupakan sebuah hunian yang dibangun pada tahun 1936 dan selesai pada tahun
1939. FL Wright membangun karyanya ini dengan kliennya yaitu keluarga Kauffman,
wright mengedepankan unsur keselarasan lingkungan dalam bangunan ini. Dibangun
pada daerah konservasi Hutan, dahulunya bangunan ini merupakan Rumah Akhir
Minggu bagi keluarga Kauffman untuk relaksasi. Namun sejak tahun1963 Kauffman
Jr. Telah mendonasikan Hunian ini kepada Organisasi Nirlaba Western
Pennsylvania Conservancy.
Selain
mengedepankan Keselarasan alam pada bentuk Fasade Bangunan, Wright juga
melakukan penataan Interior pada bangunan ini dengan menyatukan ruang dalam
dengan alam sekitar. Ditambah sentuhan Japanese Culture yang mengedepankan
keselarasan, makahubungan antara ruang dalam bangunan ini dengan alamsekitar
semakin terasa.
·
Analogi Romantik
Analogi
ini menekankan Karya Arsitektur harus mampu menggugah tanggapan emosional dalam
diri si pengamat. Hal ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan
menimbulkan asosiasi (mengambil rujukan dari bentuk-bentuk alam, dan masa lalu
yang akan menggugah emosi pengamat) atau melalui pernyataan yang
dilebih-lebihkan (penggunaan kontras, ukuran, bentuk yang tidak biasa yang
mampu menggugah perasaan takut, khawatir, kagum dan lain-lain. Jika ditinjau dari
perspektif lain, analogi ini merupakan karya seni, jadi arsiteknya adalah
seniman sehingga ide peranannya menjadi penting.
Le
Corbusier, seorang tokoh arsitek ternama menggunakan analogi romantik dalam
mengeluarkan tanggapan emosional dari dalam dirinya melalui
bangunan-bangunannya. Penerapan ilmu geometri (matematika) sebagai dasar
penting bagi Le Corbusier dalam pengambilan keputusan. Teori ini dapat dilihat
pada bangunan Renchamp Chapel, bentuk geometris pada dinding dan atap bangunan
dengan bentuk kurva yang geometris tersebut, Le Corbusier memperlihatkan suatu
teknik pencahayaan interior bangunan yang baik, melalui kombinasi seluruh
bukaan-bukaan (jendela) lateral.Ekspresi tersebut dinyatakan sebagai berikut :
- Bentuk
Sculptur dari kapel: Suatu bentuk yang brutal (brutalism), dengan
penggunaan bahan-bahan beton di ekspos, menimbulkan kesan kasar, tidak
selesai, kontras, dan polos tanpa warna.
- Lukisan-lukisan
pada dinding bangunan, dengan permainan sinar didalam bangunan yang
mempengaruhi efek visual suatu lukisan.
- Arsitektur,
dengan permainan 3 elemen utama arsitektur, yaitu atap, dinding, dan
lantai.
Pada
bangunan ini, efek visual dari bentuk bangunan menimbulkan asosiasi-asosiasi,
seperti yang diungkapkan oleh Francoise Choay dalam bukunya tentang Le
Corbusier dimana Ronchamp Chapel diasosiasikan sebagai menara pengawas di
hamparan kaki bukit.
Ronchamp
Chapel
Karya
Le Corbuzier yang satu ini banyak sekali dimiripkan dengan bermacam-macam objek
seperti telapak tangan yang membuka seolah berdoa, atau juga seperti kapal
laut, bentuk bebek, topi pelukis dan masih banyak lagi.
Akan
tetapi, arti dari bangunan tersebut ternyata berbeda dengan apa yang dimaksud
dari Le Corbuzier sendiri. Broadbent menuturkan bahwa inspirasi dari Ronchamp
Chapel ini berasal dari sebuah cangkang kepiting yang secara tidak sengaja
ditemukan oleh Le Corbuzier pada saat sedang berjalan-jalan di Pulau Long
Island. Notre Dame Du Haut Ronchamp adalah sebuah kapel atau gereja kecil
yang terletak di kota Ronchamp, kurang lebih 300 KM sebelah timur kota Paris.
Notre Dame terletak dalam sebuah komplek yang di dalamnya terdapat restoran dan
tempat bermain anak. Komplek tersebut terletak di punggung pegunungan Des
Vosges, dengan pemandangan perbukitan di sekelilingnya.
Bentuk arsitektur Ronchamp Capel cukup kontroversial. Bentuknya sangat berbeda
dengan bentuk – bentuk kapel atau gereja kecil pada lazimnya. Dilihat sepintas Ronchamp
Capel tidak terlihat seperti sebiah
kapel. Bentik Otre Dame tersebut banyak menimbulkan persepsi dari orang yang
melihatnya. Ada diantaranya yang menginterpretasikan dengan bentuk kapal, topi
Italia, burung merpati, tangan orang yang sedang berdoa, bahkan ada yang
mengatakan mirip seorang ibu dan anaknya. Bentuk Ronchamp Capel merupakan
komposisi bidang – bidang lengkung seperti kurva dan komposisi ketebalan
dinding yang bervariasi sehingga secara keseluruhan bangunan terlihat seperti
massa seni patung (sklupture).
Ronchamp Capel mempunyai bukaan dengan bentuk dan letak yang barvariasi dan
susunan yang tidak teratur. Ukuran besar jendela tidak sebanding ketebalan
dindingnya yang sebagian ada mencapai 2 meter. Bukaan – bukaan tersebut
dihiasi dengan kaca- kaca lukisan dan tulisan tangan dari Le Corbuzier sendiri.
Hasil pencahayaan yang dihasilkan remang – remang yang terpencar dari lubang –
lubang bukaan yang kecil. Pencahayaan yang dihasilkan tersebut sesuai dengan
konsep pencerahan dalam ajaran Kristen.
Dengan bentuk yang tidak lazim dan unik untuk ukuran sebuah bangunan kapel atau
gereja kecil,ada sebagianorang yang mengatakan bahwa Ronchamp Capel merupakan
bangunan post modern awal. Tidak mengherankan jika Ronchamp Capel merupakan
prestasi Arsitektural yang tergolong paling gemilang dalam era akhir abad
ke-20.
·
Analogi Matematis
Beberapa
ahli teori menganggap bahwa bangunan-bangunan yang dirancang dengan
bentuk-bentuk murni, ilmu hitung dan geometri (seperti golden section)
akan sesuai dengan tatanan alam semesta dan merupakan bentuk yang paling indah.
Prinsip-prinsip ini banyak digunakan pada bangunan zaman Renaissance. Seorang
arsitek zaman Renaissance yang cukup menggemparkan adalah Pirro Ligorio (lahir
tahun 1510, Napoli, meninggal pada Oktober 1583, Ferrara) arsitek Italia,
pelukis, penata taman, dan pematung ini telah menciptakan karya karya luar
biasa, salah satunya Villa d’Este yang terletak di Tivoli, Italia.
Villa
d’Este
Villa d'Este adalah vila abad ke-16 di
Tivoli, dekat Roma, yang terkenal akan taman Italia yang bertengger di lereng
bukit dan vila
ini memiliki lanskap yang ditanami dan taman bertingkat yang luas dengan air
mancur spektakuler yang mengarah ke bangunan utama. Sebuah perhitungan yang
teliti dibutuhkan saat membangun vila ini, dengan gaya Renaissance yang sangat
kental dan penempatan taman yang luar biasa dan menjadikan Kawasan ini menjadi
situs warisan dunia UNESCO.
Komentar
Posting Komentar