Konservasi Arsitektur (Setu Babakan)

Bab V Kesimpulan, Saran dan Daftar Pustaka Kesimpulan Di kawasan Setu Babakan   Kampung Betawi, kita dapat menyaksikan pagelaran seni tradisional masyarakat Betawi, mulai dari atraksi kesenian Pertunjukan Tari Topeng, Tanjidor, Marawis, Lenong, Gambang Kromong, Tari Lenggang Nyai, Tari Narojeng dengan dilengkapi dengan ondel-ondel yang merupakan icon budaya tradisional masyarakat Betawi. Tempat wisata kampung Betawi di kawasan Setu Babakan ini, merupakan sebuah perkampungan yang menjadi potret dan miniatur sketsa dari kegiatan masyarakat lokal asli Jakarta. Di mana tempat ini dapat menjadi sebuah wahana edukasi bagi siapapun untuk mengenal lebih dalam tentang kehidupan masyarakat Betawi, dari kesenia, tradisi, budaya, dan kuliner tradisional Betawi. Kampung Betawi yang menghadap kesebuah setu atau yang kita kenal dengan sebutan danau, menambah suasana asri di tempat wisata budaya ini. Danau buatan yang luas, menjadi resapan air serta wahana permainan air bagi para pengu

3 Analogi dalam Arsitektur


Analogi merupakan salah satu pendekatan bentuk yang digunakan dalam dunia arsitektur. Menurut Donna P. Duerk, Analogi merupakan suatu usaha untuk mencapai persamaan dan kesamaan terhadap benda-benda Arsitektur dengan berbagai macam hal. Pendekatan analogi dapat dikatakan berhasil jika pesan yang ingin disampaikan atau objek yang dianalogikan dapat dimengerti oleh mayoritas orang. Dalam konsep analogi, hal yang terpenting adalah persamaan antara bangunan dan objek yang dianalogikan. Maksud persamaan ini adalah pesan yang akan disampaikan nantinya. Bukan benar-benar bentuk atau pun ukuran bangunan yang serupa.
Terdapat berbagai macam konsep analogi dalam dunia Arsitektur. Dalam pembahasan ini akan dibahas 3 macam konsep analogi dalam arsitektur, yaitu :
·         Analogi Biologis

Yang dimaksudkan oleh analogi biologis adalah proses Analogi Arsitektur yang menganggap bahwa membangun adalah proses biologis bukan proses estetis.Dengan arti yang lebih luas, dalam merancang menggunakan pendekatan Analogi Biologis maka arsitek tersebut lebih mengedepankan proses pembangunanny aterhadap fungsi dan keadaan serta keberadaan bangunan tersebut terhadap lingkungan sekitar daripada mengedepankan keindahan bentuk bangunan. Analogi ini didasari 2 sifat, yaitu :


1  Organik 
Bersifat umum, dengan metode terpusat pada hubungan antara bagian-bagian bangunan atau antara bangunan dengan penempatannya/penataannya.
2  Biomorfik
Lebih bersifat khusus,dengan metode terpusat pada pertumbuhan proses-proses dan kemampuan gerakan yang berhubungan dengan organisme.
Secara harfiah dalam arsitektur istilah organik berarti sebagian  untuk keseluruhan – keseluruhan untuk sebagian. Arsitektur Biomorfik kurang terfokus terhadap hubungan antara bangunan dan lingkungan dari pada terhadap proses-proses dinamik yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perubahan organisme. Biomorfik arsitektur berkemampuan untuk berkembang dan tumbuh melalui : perluasan, penggandaan, pemisahan, regenerasi dan perbanyakan. Salah satu arsitek ternama yang menggunakan analogi sebagai karyanya yaitu Frank Lioyd Wright dengan karyanya “The Falling Water”, menurutnya arsitektur dengan analogi biologis memiliki 4 karakter, yaitu :
a. Berkembang dari dalam ke luar, harmonis terhadap sekitarnya dan tidak dapat dipakai begitu saja.
b, Pembangunan konstruksinya timbul sesuai dengan bahan-bahan alami, apa adanya (kayu sebagai      kayu, batu sebagai batu, dll).
c. Elemen-elemen bangunannya bersifat terpusat (integral).
d. Mencerminkan waktu, massa, tempat dan tujuan.

The Falling Water


  Bangunan ini merupakan sebuah hunian yang dibangun pada tahun 1936 dan selesai pada tahun 1939. FL Wright membangun karyanya ini dengan kliennya yaitu keluarga Kauffman, wright mengedepankan unsur keselarasan lingkungan dalam bangunan ini. Dibangun pada daerah konservasi Hutan, dahulunya bangunan ini merupakan Rumah Akhir Minggu bagi keluarga Kauffman untuk relaksasi. Namun sejak tahun1963 Kauffman Jr. Telah mendonasikan Hunian ini kepada Organisasi Nirlaba Western Pennsylvania Conservancy.
      Selain mengedepankan Keselarasan alam pada bentuk Fasade Bangunan, Wright juga melakukan penataan Interior pada bangunan ini dengan menyatukan ruang dalam dengan alam sekitar. Ditambah sentuhan Japanese Culture yang mengedepankan keselarasan, makahubungan antara ruang dalam bangunan ini dengan alamsekitar semakin terasa.





·         Analogi Romantik

Analogi ini menekankan Karya Arsitektur harus mampu menggugah tanggapan emosional dalam diri si pengamat. Hal ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan menimbulkan asosiasi (mengambil rujukan dari bentuk-bentuk alam, dan masa lalu yang akan menggugah emosi pengamat) atau melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan (penggunaan kontras, ukuran, bentuk yang tidak biasa yang mampu menggugah perasaan takut, khawatir, kagum dan lain-lain. Jika ditinjau dari perspektif lain, analogi ini merupakan karya seni, jadi arsiteknya adalah seniman sehingga ide peranannya menjadi penting.
 Le Corbusier, seorang tokoh arsitek ternama menggunakan analogi romantik dalam mengeluarkan tanggapan emosional dari dalam dirinya melalui bangunan-bangunannya. Penerapan ilmu geometri (matematika) sebagai dasar penting bagi Le Corbusier dalam pengambilan keputusan. Teori ini dapat dilihat pada bangunan Renchamp Chapel, bentuk geometris pada dinding dan atap bangunan dengan bentuk kurva yang geometris tersebut, Le Corbusier memperlihatkan suatu teknik pencahayaan interior bangunan yang baik, melalui kombinasi seluruh bukaan-bukaan (jendela) lateral.Ekspresi tersebut dinyatakan sebagai berikut :
  1. Bentuk Sculptur dari kapel: Suatu bentuk yang brutal (brutalism), dengan penggunaan bahan-bahan beton di ekspos, menimbulkan kesan kasar, tidak selesai, kontras, dan polos tanpa warna.
  2. Lukisan-lukisan pada dinding bangunan, dengan permainan sinar didalam bangunan yang mempengaruhi efek visual suatu lukisan.
  3. Arsitektur, dengan permainan 3 elemen utama arsitektur, yaitu atap, dinding, dan lantai.
Pada bangunan ini, efek visual dari bentuk bangunan menimbulkan asosiasi-asosiasi, seperti yang diungkapkan oleh Francoise Choay dalam bukunya tentang Le Corbusier dimana Ronchamp Chapel diasosiasikan sebagai menara pengawas di hamparan kaki bukit.

Ronchamp Chapel
Karya Le Corbuzier yang satu ini banyak sekali dimiripkan dengan bermacam-macam objek seperti telapak tangan yang membuka seolah berdoa, atau juga seperti kapal laut, bentuk bebek, topi pelukis dan masih banyak lagi.
Akan tetapi, arti dari bangunan tersebut ternyata berbeda dengan apa yang dimaksud dari Le Corbuzier sendiri. Broadbent menuturkan bahwa inspirasi dari Ronchamp Chapel ini berasal dari sebuah cangkang kepiting yang secara tidak sengaja ditemukan oleh Le Corbuzier pada saat sedang berjalan-jalan di Pulau Long Island.  Notre Dame Du Haut Ronchamp adalah sebuah kapel atau gereja kecil yang terletak di kota Ronchamp, kurang lebih 300 KM sebelah timur kota Paris. Notre Dame terletak dalam sebuah komplek yang di dalamnya terdapat restoran dan tempat bermain anak. Komplek tersebut terletak di punggung pegunungan Des Vosges, dengan pemandangan perbukitan di sekelilingnya.


       Bentuk arsitektur Ronchamp Capel cukup kontroversial. Bentuknya sangat berbeda dengan bentuk – bentuk kapel atau gereja kecil pada lazimnya. Dilihat sepintas Ronchamp Capel  tidak terlihat seperti sebiah kapel. Bentik Otre Dame tersebut banyak menimbulkan persepsi dari orang yang melihatnya. Ada diantaranya yang menginterpretasikan dengan bentuk kapal, topi Italia, burung merpati, tangan orang yang sedang berdoa, bahkan ada yang mengatakan mirip seorang ibu dan anaknya. Bentuk Ronchamp Capel merupakan komposisi bidang – bidang lengkung seperti kurva dan komposisi ketebalan dinding yang bervariasi sehingga secara keseluruhan bangunan terlihat seperti massa seni patung (sklupture). 


       Ronchamp Capel mempunyai bukaan dengan bentuk dan letak yang barvariasi dan susunan yang tidak teratur. Ukuran besar jendela tidak sebanding ketebalan dindingnya yang  sebagian ada mencapai 2 meter. Bukaan – bukaan tersebut dihiasi dengan kaca- kaca lukisan dan tulisan tangan dari Le Corbuzier sendiri. Hasil pencahayaan yang dihasilkan remang – remang yang terpencar dari lubang – lubang bukaan yang kecil. Pencahayaan yang dihasilkan tersebut sesuai dengan konsep pencerahan dalam ajaran Kristen.


       Dengan bentuk yang tidak lazim dan unik untuk ukuran sebuah bangunan kapel atau gereja kecil,ada sebagianorang yang mengatakan bahwa Ronchamp Capel merupakan bangunan post modern awal. Tidak mengherankan jika Ronchamp Capel merupakan prestasi Arsitektural yang tergolong paling gemilang dalam era akhir abad ke-20.






·         Analogi Matematis

Beberapa ahli teori menganggap bahwa bangunan-bangunan yang dirancang dengan bentuk-bentuk murni, ilmu hitung dan geometri (seperti golden section) akan sesuai dengan tatanan alam semesta dan merupakan bentuk yang paling indah. Prinsip-prinsip ini banyak digunakan pada bangunan zaman Renaissance. Seorang arsitek zaman Renaissance yang cukup menggemparkan adalah Pirro Ligorio (lahir tahun 1510, Napoli, meninggal pada Oktober 1583, Ferrara) arsitek Italia, pelukis, penata taman, dan pematung ini telah menciptakan karya karya luar biasa, salah satunya Villa d’Este yang terletak di Tivoli, Italia.

Villa d’Este

          Villa d'Este adalah vila abad ke-16 di Tivoli, dekat Roma, yang terkenal akan taman Italia yang bertengger di lereng bukit dan vila ini memiliki lanskap yang ditanami dan taman bertingkat yang luas dengan air mancur spektakuler yang mengarah ke bangunan utama. Sebuah perhitungan yang teliti dibutuhkan saat membangun vila ini, dengan gaya Renaissance yang sangat kental dan penempatan taman yang luar biasa dan menjadikan Kawasan ini menjadi situs warisan dunia UNESCO.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konservasi Arsitektur (Setu Babakan)

Manusia dan Harapan

Kritik Deskriptif