Konservasi Arsitektur (Setu Babakan)

Bab V Kesimpulan, Saran dan Daftar Pustaka Kesimpulan Di kawasan Setu Babakan   Kampung Betawi, kita dapat menyaksikan pagelaran seni tradisional masyarakat Betawi, mulai dari atraksi kesenian Pertunjukan Tari Topeng, Tanjidor, Marawis, Lenong, Gambang Kromong, Tari Lenggang Nyai, Tari Narojeng dengan dilengkapi dengan ondel-ondel yang merupakan icon budaya tradisional masyarakat Betawi. Tempat wisata kampung Betawi di kawasan Setu Babakan ini, merupakan sebuah perkampungan yang menjadi potret dan miniatur sketsa dari kegiatan masyarakat lokal asli Jakarta. Di mana tempat ini dapat menjadi sebuah wahana edukasi bagi siapapun untuk mengenal lebih dalam tentang kehidupan masyarakat Betawi, dari kesenia, tradisi, budaya, dan kuliner tradisional Betawi. Kampung Betawi yang menghadap kesebuah setu atau yang kita kenal dengan sebutan danau, menambah suasana asri di tempat wisata budaya ini. Danau buatan yang luas, menjadi resapan air serta wahana permainan air bagi para pengu

Arsitektur dan Lingkungan


Pengertian
Arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,  arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,  mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,  perancangan perkotaan,  arsitektur lanskap,  hingga ke level mikro yaitu desain bangunandesain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah,  air,  energi surya,  mineral,  serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan,  dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah,  udara,  air,  iklim,  kelembaban,  cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan,  manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ekologi.

Arsitektur lingkungan adalah ilmu bangun membangun yang berkaitan dengan perencanaan tata kota,  landscape planning,  urban design,  interior maupun eksterior yang memperhatikan kondisi fisik sumber daya alam,  yang meliputi air,  tanah,  udara,  iklim,  cahaya, bunyi dan kelembapan. Arsitektur lingkungan sangat berkaitan erat dengan arsitektur hijau (green architectur).

Dalam bidang arsitektur, lingkungan merupakan aspek yang tidak boleh dilepaskan karena apa yang yang kita lakukan itu selalu berhubungan dengan lingkungan. Dalam beberapa kasus, arsitektur dapat membawa dampak positif dan negatif pada lingkungannya, diantaranya :

·         Dampak Positif

1.    Memperhatikan hubungan antara ekologi dan arsitektur,  yaitu hubungan antara massa bangunan dengan makhluk hidup yang ada disekitar lingkungannya, tak hanya manusia tetapi flora dan faunanya. Arsitektur sebagai sebuah benda yang dibuat oleh manusia harus mampu menunjang kehidupan dalam lingkungannya sehingga memberikan timbal balik yang menguntungkan untuk kedua pihak. Pendekatan ekologis dilakukan untuk menghemat dan mengurangi dampak – dampak negatif yang ditimbulkan dari terciptanya sebuah massa bangunan, akan tetapi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Contohnya yaitu, munculnya trend green design.
2.     Dapat memberikan pemecahan masalah pada tata letak bangunan atau kota.
3.      Memperhatikan kondisi lahan yang akan dibangun. Sebagai contoh bila bangunan akan didirikan pada lahan yang memiliki kemiringan, maka dengan pendekatan ekologis bisa dicarikan solusinya seperti memperkuatkan pondasi, atau menggabungkan unsur alam pada lingkungan dengan bagunan yang ada sehingga semakin estetis bangunan yang tercipta.
Contoh: Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Banyaknya lingkungan hijau di site bangunan tersebut dan pembuatan taman pada atap sehingga membuat dampak positif untuk mengurangi dampak global warning.
4.     Memberikan dampak pada estetika bangunan.

·         Dampak Negatif

1.    Kesalahan membaca lingkungan, dapat membawa bencana terhadap lingkungan
2.    Kegagalan bangunan dapat menghancurkan bangunan tersebut dan lingkungannya
3.    Terganggunya kestabilan ekosistem alam dan permasalahan lingkungan
4.    Contohnya ialah bangunan green arsitektur yang tidak menciptakan tema green itu sendiri. Bangunan di Kemang yang seharusnya bangunan dibangun 20% dan memiliki lahan terbuka hijau 80%. Namun saat ini Kemang menjadi kawasan area bisnis yang sensasional, yang hanya memiliki lahan terbuka hijau menjadi 20%, dan umumnya penuh dengan bentuk masif yang hanya mengejar estetika belaka. Akibat dari pembangunan yang kurang memperhatikan lahan terbuka hijau, mengakibatkan banjir pada kawasan lainnya.


Bangunan yang baik adalah bangunan yang digunakan berdasarkan fungsinya. Kegagalan arsitektur bisa terjadi apabila seorang arsitek tidak mengikuti aspek-aspek atau prosedur yang berlaku dan tidak memikirkan dampak bangunan tersebut terhadap lingkungan disekitarnya. Kegagalan arsitektur juga bukan hanya dikarenakan kegagalan pada konstruksi bangunannya. Tetapi Arsitektur yang gagal adalah membangun bangunan dengan merusak ekosistem disekitarnya.Dampak diatas dapat diatasi dengan beberapa cara, salah satu adalah Arsitektur hemat energi.


Arsitektur Hemat Energi
·         Desain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan atau produktivitas penghuninya. “Designing building to minimize the usage of energy without constraining the building function nor the comfort of productivity of occupants..” (Hawkes Dean, 2002)

·         Arsitektur Hemat energi menurut, Tri Harso Karyono (2007), adalah: Kondisi dimana energi dikonsumsi secara hemat (minimal), tanpa harus mengorbankan kenyamanan fisik manusia.

Dengan kata lain Arsitektur hemat energi berlandaskan “meminimalkan penggunaan energi tanpa harus merubah fungsi dan bentuk bangunan ataupun kenyamanan dan penghuninya. Mengoptimalkan segala sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, seperti sistem tata udara-tata cahaya baik alami maupun buatan. Hal ini didasari oleh prinsip konservasi energi (non-renewable energy).

Prinsip
              Prinsip “hemat energi” bangunan memiliki implikasi langsung pada peraturan, ekonomi, permintaan energi, dan lingkungan. Definisi juga diperlukan untuk membandingkan kinerja bangunan energi atau untuk menilai mutlak hemat energi. Kami mengusulkan tiga kriteria untuk sebuah bangunan hemat energi:
1.    bangunan harus dilengkapi dengan peralatan yang efisien dan bahan yang tepat untuk lokasi dan kondisi;
2.    bangunan harus menyediakan fasilitas dan layanan yang sesuai dengan penggunaan bangunan yang dimaksudkan;
3.    bangunan harus dioperasikan sedemikian rupa untuk memiliki penggunaan energi rendah dibandingkan dengan, bangunan sejenis lainnya.
Sebuah bangunan yang efisien harus, minimal, berada di atas rata-rata di tiga aspek tersebut. Ketika menetapkan standar hemat energi minimum, definisi hemat energi berdasarkan biaya siklus hidup minimum cenderung menghasilkan standar yang lebih ketat dan penghematan energi yang lebih besar daripada strategi berdasarkan menghilangkan unit paling efisien.


Contoh


Gedung New Media Tower, yang merupakan gedung terbaru Universitas Multimedia Nusantara, dirancang sebagai gedung hemat energi dengan menerapkan berbagai teknologi yang memungkinkan untuk melakukan penghematan energi dengan memanfaatkan udara alami semaksimal mungkin tanpa mengurangi kenyamanan.
Luas bangunan Gedung NMT ini sekitar 32 ribu meter persegi. Sedangkan luas total seluruh lahan yang dimiliki UMN adalah 8 hektar, dengan pemanfaatan 40 persen, atau 2,4 hektar terbangun.
Penggunaan teknologi double skin, yang terbuat dari plat aluminium berlubang, memungkinkan untuk mengontrol intensitas cahaya dan panas matahari yang masuk kedalam ruangan sehingga ruangan cukup dingin dan terang.
Alhasil, penggunaan pendingin udara bisa dikurangi sehingga bisa menghemat energi listrik. Seperti diketahui bahwa pendingin udara mengkonsumsi energi listrik terbesar pada setiap gedung.
Lubang-lubang tersebut juga berfungsi untuk sirkulasi udara sehingga koridor gedung tidak perlu menggunakan pendingin tetapi masih cukup nyaman. Di lantai bawah yang digunakan sebagai kantin dan area pertemuan mahasiswa dibuat dengan konsep terbuka menggunakan udara alami.
Selain itu, gedung ini juga memaksimalkan konservasi air dengan mendaur ulang air limbah untuk digunakan kembali dan menangkap air hujan sehingga tidak terbuang.
Memang, dengan gedung yang menggunakan lapis luar berupa aluminium yang diberi lubang-lubang, sudah pasti air hujan akan masuk sehingga membuat sisi pinggir koridor menjadi basah. Tetapi, ini adalah suatu hal yang normal, bahkan sudah dibuatkan saluran air untuk pembuangannya secara cermat.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konservasi Arsitektur (Setu Babakan)

Manusia dan Harapan

Kritik Deskriptif