Konservasi Arsitektur (Setu Babakan)

Bab V Kesimpulan, Saran dan Daftar Pustaka Kesimpulan Di kawasan Setu Babakan   Kampung Betawi, kita dapat menyaksikan pagelaran seni tradisional masyarakat Betawi, mulai dari atraksi kesenian Pertunjukan Tari Topeng, Tanjidor, Marawis, Lenong, Gambang Kromong, Tari Lenggang Nyai, Tari Narojeng dengan dilengkapi dengan ondel-ondel yang merupakan icon budaya tradisional masyarakat Betawi. Tempat wisata kampung Betawi di kawasan Setu Babakan ini, merupakan sebuah perkampungan yang menjadi potret dan miniatur sketsa dari kegiatan masyarakat lokal asli Jakarta. Di mana tempat ini dapat menjadi sebuah wahana edukasi bagi siapapun untuk mengenal lebih dalam tentang kehidupan masyarakat Betawi, dari kesenia, tradisi, budaya, dan kuliner tradisional Betawi. Kampung Betawi yang menghadap kesebuah setu atau yang kita kenal dengan sebutan danau, menambah suasana asri di tempat wisata budaya ini. Danau buatan yang luas, menjadi resapan air serta wahana permainan air bagi para pengu

Kritik Arsitektur Terukur


1.      Kritik Arsitektur

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós – “yang membedakan”, kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités, artinya “orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”. Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan.

Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman, ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah.

Sementara itu, kritik arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Disitu orang merekam dengan berbagai indra kelimanya kemudian mengamati,memahami dengan penuh kesadaran dan menyimpannya dalam memori dan untuk ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan penggambaran dari benda yang diamatinya. Dalam pembahasan ini akan dibahas kritik arsitektur terukur yang akan memuat pengertian dan contohnya.

2.      Kritik Arsitektur Terukur

         Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural. Pada kritik terukur, pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitekturdan bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :

a.                     Ukuran batas minimum atau maksimum
b.                     Ukuran batas rata-rata (avarage)
c.                     Kondisi-kondisi yang dikehendaki

            Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma. Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada  ukuran minimum/maksimum, rata-rata atau kondisi yang dikehendaki yang selalu  merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.
Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai berikut:

·         Tujuan Teknis ( Technical Goals)

Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis. Contoh : Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya. Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah :

1.       Stabilitas Struktur :

a.       Daya tahan terhadap beban struktur
b.       Daya tahan terhadap benturan
c.       Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan
d.       Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar system


2.       Ketahanan Permukaan Secara Fisik :

a.       Ketahanan permukaan
b.       Daya tahan terhadap gores dan coretan
c.       Daya serap dan penyempurnaan air

3.      Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan :

a.       Kebersihan dan ketahanan terhadap noda
b.       Timbunan debu yang mungkin menempel
c.       Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen-elemen yang rusak
d.       Kemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan teknis dan alami.

·         Tujuan Fungsi ( Functional Goals)

Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat digunakan untuk aktifitas tersebut. Pertimbangan yang diperlukan :

a.       Keberlangsungan fungsi dengan baik
b.       Khusus yang perlu dipenuhi
c.       Kondisi-kondisi khusus yang harus diciptakan
d.       Kemudahan-kemudahan penggunaan
e.       Pencapaian dan sebagainya.

·         Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)

Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu. Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan.


3.      TETRAHEDRAL-SHAPED CHURCH




Arsitek Walter Netsch menerapkan konsep Angkatan Udara Amerika Serikat Academy Cadet Chapel di Colorado Springs, Colorado. Ini adalah contoh yang mencolok dan klasik arsitektur modernis, dengan barisnya dari 17 menara dan bingkai tetrahedron besar yang membentang lebih dari 150 meter ke langit. Tetrahedron adalah polyhedron cembung dengan empat wajah segitiga. Pada dasarnya, ini adalah piramida yang kompleks. Dibanngun pada tahun 1962 Tetrahendron juga ditutupi oleh panel aluminium dan berjarak 45cm. Jarak pada panel ini dipenuhi dengan kaca berwarna, yang memantulkan cahaya ke dalam Kapel.





Fasad bagian selatan bangunan ini adalah pintu masuk kapel, yang dimulai dengan tangga granit naik yang mengarah ke pita pintu aluminium beranuansa emas. Meskipun bangunan tunggal, kapel ini difungsikan sebagai tiga rumah peribadatan utama yang berbeda. Pada dua tingkat utama, sebuah Kapel Protestan, Kapel Katolik, dan Kapel Yahudi, bersama dengan dua kamar semua agama dan dua ruang pertemuan. Kapel Protestan terletak di tingkat atas dan kapel Yahudi dan Katolik dan satu kamar All-Faith berada di bawahnya. Tingkat lain di bawah ini terletak ruang All-Faith yang lebih besar dan ruang pertemuan.






















Kapel Protestan adalah kapel terbesar dan dirancang untuk menampung 1.200 orang. Bagian tengahnya memiliki tinggi 28 meter pada puncak tertingginya, dan berukuran 20x50 meter. Tetrahedron membentuk dinding kapel dengan jendela kaca patri di antara mereka yang berkembang dari lebih gelap menjadi lebih terang ketika mereka mendekati altar, menciptakan ruang megah yang indah dan terang. 





















Sementara Kapel Katolik di bawah tingkat utama dn menampung 500 orang yang berisi lengkungan dan batu yang menunjukkan arsitektur Katedral Romanesque. Kapel Yahudi dibedakan dengan layar kayu bulat yang menyembunyikan semua struktur, yang tidak seperti apa yang terjadi di Kapel Protestan di atasnya.




Pada peringatan 50 tahun kapel, SOM kembali ditugaskan untuk melakukan restorasi penuh yang akan memperbaiki masalah infiltrasi air, memperbaiki komponen yang rusak, dan mengembalikan kapel ke kondisi semula. Angkatan Udara Amerika Serikat Academy Cadet Chapel adalah ikon modernisme, ikon arsitektur religius yang mengesankan di masa depannya, dan pada tahun 2004 dinobatkan sebagai Landmark Bersejarah Nasional Amerika Serikat.


4.       Kesimpulan

Pada bangunan Tetrahedral-Shaped Church memang telah melengkapi dari aspek tujuan teknis yang didalamnya melingkupi stabilitas struktur, ketahanan fisik dan penampilan bangunan juga pada aspek tujuan fungsi dan tujuan perilaku. Bentuk bangunan yang terdiri dari 17 menara geometri yang ditransformasikan sedemikian rupa juga menambahkan nilai estetik dengan menghasilkan kesan bengunan arsitektur klasik modernis. Namun pada aspek fungsi menurut penulis, penerapan menjadikan bangunan bermassa tunggal ini menjadi tiga rumah peribadatan utama yaitu Yahudi, Katolik dan Protestan dinilai kurang baik. Meskipun pada bangunan tersebut dibagi menjadi tiga bagian untuk setiap agama, namun tetap saja rumah ibadah sebaiknya hanya difungsikan untuk satu agama saja. Selain itu penerapan fungsi tiga agama pada satu massa bangunan ini juga dapat memungkinkan menimbulkan kesalahpahaman, juga jika ada acara peribadatan, akankah akan mengganggu agama satu dengan yang lainnya jika diadakan pada Kapel ini. Jika memang tidak ada, maka fungsi dari bangunan  ini sebagai tempat peribadatan sudah baik 



Sumber :






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konservasi Arsitektur (Setu Babakan)

Manusia dan Harapan

Kritik Deskriptif