Bab
I
Pendahuluan
Latar Belakang dan Sejarah
Arsitektur
merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang menyangkut tentang
pemanfaatan ruang. Sedangkan konservasi arsitektur adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan
sebagai bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan
pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi. Termasuk upaya
konservasi bangunan kuno dan bersejarah. Peningkatan nilai-nilai estetis dan
historis dari sebuah bangunan bersejarah sangat penting untuk menarik kembali
minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau bangunan tersebut. Sebagai
bukti sejarah dan peradaban dari masa ke masa. Upaya konsevasi bangunan
bersejarah dikatakan sangat penting. Selain untuk menjaga nilai sejarah dari
bangunan, dapat pula menjaga bangunan tersebut untuk bisa dipersembahkan kepada
generasi mendatang.
Berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur No. 92 tahun 2000, Setu Babakan ditetapkan sebagai
Kawasan Perkampungan Betawi dan menjadikannya sebagai Cagar Budaya. Cagar
budaya ini berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan yang perlu
dilestarikan dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya. Pentingnya pelestarian ini
didasari oleh cagar budaya tersebut dapat menghadirkan keunikan budaya dari
suatu kawasan, kota, atau bahkan suatu negara, sehingga pelestarian cagar
budaya perlu dilakukan dan dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat serta lestarinya suatu kebudayaan.
Sejarah
Setu Babakan dulunya adalah danau yang terletak di Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, dekat dengan Depok. Setu Babakan sebagai
kawasan wisata yang memiliki potensi sebagai wisata kuliner, wisata agro,
wisata air dan memiliki potensi alam yang masih asri ditengah perkotaan, danau
ini juga berfungsi sebagai pusat Perkampungan Budaya Betawi, yaitu suatu tempat
yang digunakan sebagai pelestarian warisan budaya Betawi. Tempat wisata kampung
Betawi di kawasan Setu Babakan ini, merupakan sebuah perkampungan yang menjadi
potret dan miniatur sketsa dari kegiatan masyarakat lokal asli Jakarta. Di mana
tempat ini dapat menjadi sebuah wahana edukasi bagi siapapun untuk mengenal
lebih dalam tentang kehidupan masyarakat Betawi, dari kesenia, tradisi, budaya,
dan kuliner tradisional Betawi. Di sekitar Kawasan Setu babakan juga terdapat
taman yang di tanam berbagai macam tanaman seperti Palem, Mangga, Melinjo,
Jambu, Rambutan, Nangka Cimpedak, Kecapi, Pandan, Krendeng, Jamblang, Guni,
Jengkol, dan Nam – nam.
Pentingnya
pelestarian atau konservasi dari Kawasan Setu Babakan sebagai pusat dari
kebudayaan Betawi adalah untuk menjaga budaya tersebut agar tidak pudar
tergerus oleh zaman. Arsitektur dan budaya Betawi dapat terus dilestarikan dan
dikenalkan pada generasi muda nanti.
Sistematika
Penulisan
Konservasi Arsitektur akan dibagi menjadi lima BAB pembahasan yang terdiri dari
:
BAB I :
Latar Belakang dan Sejarah secara umum mengenai objek konservasi
BAB II :Kajian
Pustaka menghimpun informasi mengenai objek konservasi
BAB III :Gambaran Kawasan mengenai objek konservasi
BAB IV :Usulan Pelestarian menjelaskan ide dan
gagasan serta saran yang dapat digunakan untuk mengembangkan objek konservasi
BAB V :Kesimpulan dari bahasan studi konservasi
arsitektur dan juga rangkuman dari BAB-BAB sebelumnya
Rumusan Masalah
Sebagai
pusat kebudayaan Betawi, Setu Babakan belum secara optimal menaungi segala kegiatan
dari adat Betawi. Penataan bangunan dan pembagian zona kuliner dan yang lainnya
belum mencerminkan kebudayaan sebuah kampung Betawi keseluruhan. Pemanfaatan view
Situ Babakan dapat menjadi daya Tarik masyarakat untuk dating dan mengenali dan
mempelajari kebudayaan Betawi.
Komentar
Posting Komentar