Bab
II
Kajian
Pustaka
Pengertian Setu/Situ
Situ
atau setu yang sering dikenal warga Betawi adalah wadah genangan air di atas
permukaan tanah yang terbentuk secara alami atau buatan; sumber airnya berasal dari
mata air, air hujan, dan/atau limpasan air permukaan. Situ memiliki potensi
yang dapat dimanfaatkan secara ekologis maupun secara ekonomis. Secara ekologis
situ dapat dimanfaatkan sebagai habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan,
daerah resapan air, sumber air bagi kehidupan, pengendali banjir, pengatur
iklim mikro, dan sebagainya. Secara ekonomis situ dapat dijadikan sebagai lahan
perikanan, penghasil berbagai jenis sumberdaya alam bernilai ekonomis,
penghasil energi, sarana wisata dan olah raga (Puspita et al. 2005). Setu
Babakan sendiri merupakan danau buatan dengan area 32 hektar (79 akre) dimana
airnya berasal dari Sungai Ciliwung dan saat ini digunakan untuk memancing bagi
warga sekitarnya.
Konservasi Arsitektur
Konservasi
adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari
bahasa Inggris, (Inggris)Conservation yang artinya pelestarian atau
perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah :
·
Upaya
efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang
berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang
sama tingkatannya.
·
Upaya
perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya
alam
·
(fisik)
Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia
atau transformasi fisik.
·
Upaya
suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan
·
Suatu
keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara
keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan
lingkungan alaminya.
Konservasi
Arsitektur
Konservasi arsitektur adalah penyelamatan
suatu obyek/bangunan sebagai bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu
bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi.
Dalam Burra Charter konsep konservasi
adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah
dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan
suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung
didalamnya terpelihara dengan baik. Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas
lebih spesifik yaitu pemeliharaan morfologi (bentuk fisik) dan fungsinya.
Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan
kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih
lanjut. Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi kawasan atau sub bagian
kota mencakup suatu upaya pencegahan adanya aktivitas perubahan sosial atau
pemanfaatan yang tidak sesuai dan bukan secara fisik saja.
Sasaran
Konservasi
·
Mengembalikan
wajah dari obyek pelestarian.
·
Memanfaatkan
obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini.
·
Mengarahkan
perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin
dalam obyek pelestarian.
·
Menampilkan
sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi Lingkup
Kegiatan.
Pengertian Cagar Budaya
Cagar
Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan
Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya
karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Benda, bangunan, struktur,
lokasi, atau satuan ruang geografis yang tidak memenuhi kriteria Cagar Budaya,
tetapi memiliki arti khusus bagi masyarakat atau bangsa Indonesia, dapat
diusulkan sebagai Cagar Budaya melalui proses penelitian. Arti khusus tersebut
dapat merupakan simbol pemersatu, kebanggaan, dan jati diri bangsa, atau yang
merupakan suatu peristiwa luar biasa berskala nasional atau dunia (contoh:
Monumen Nasional di Jakarta, Monumen Lubang Buaya di Jakarta, kapal terdampar
akibat peristiwa tsunami di Banda Aceh, dan lain-lain).
Arsitektur Betawi
Arsitektur
Betawi adalah arsitektur yang digunakan oleh masyarakat suku Betawi yang biasanya
terdiri dari :
·
Rumah
Adat
Rumah adat Betawi adalah Rumah
Bapang atau sering disebut rumah Kebaya. Bentuknya sangat simpel dan sederhana
dengan bentuk dasar kotak. Layaknya rumah tinggal, Rumah Bapang juga memiliki
ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur, dan juga ada
tambahan teras. Selain Rumah Bapang, ada juga Rumah Gudang. Rumah adat betawi
ini berbentuk persegi panjang yang memanjang dari depan ke belakang. Atap
rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah
terdapat atap kecil yang berfungsi sebagai penahan tempias hujan atau cahaya
matahari.
·
Filosofi
Filosofi
lain yang dapat ditemukan dalam rumah kebaya adalah adanya pagar di sekeliling
teras. Pagar ini merupakan perwujudan bahwa orang Betawi akan membatasi dari
dari hal-hal yang negatif, terutama dalam sisi keagamaan. Banyaknya budaya yang
dibawa orang-orang luar yang datang ke kampung mereka, perlu difilter
berdasarkan keyakinan beragama. Budaya yang buruk akan mereka buang dan
tinggalkan, sedang budaya yang baik akan mereka junjung tinggi dan ikuti.
·
Gazebo
Gazebo
merupakan suatu bangunan yang ada di taman, biasanya tiap sisinya terbuka
karena sesuai dengan tujuan utamanya, gazebo merupakan tempat yang nyaman untuk
menikmati taman. Dengan sisi yang terbuka, Anda yang sedang berada di dalamnya
dapat menikmati pemandangan taman dengan lebih bebas juga dapat menikmati udara
yang bertiup tanpa terhalang penutup pada tiap sisi.
·
Gapura
Gapura
adalah suatu struktur yang merupakan pintu masuk atau gerbang ke suatu kawasan
atau Kawasan.
·
Ornamen
Ornamen
merupakan dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian dari sebuah bangunan
atau objek. Ornamen arsitektural dapat terbuat dari batu, kayu atau logam mulia
yang diukir, selain itu ornamen juga dapat dibuat dari plesteran adukan beton
atau tanah liat yang dibentuk. Kekayaan Betawi akan seni dan budaya mendukung
terciptanya ornamen-ornamen yang menjadi ciri khas pada arsitektur Betawi, ornamen-ornamen
tersebut tak hanya sebagai penghias bangunan namun juga memiliki falsafah dalam
kehidupan masyarakat Betawi.
Beberapa
ornamen yang terdapat pada rumah adat Betawi antara lain sebagai berikut:
o
Lisplang
berornamen gigi balang
berupa papan kayu berbentuk ornamen segitiga berjajar menyerupai gigi belalang
yang melambangkan bahwa hidup harus selalu jujur, rajin, ulet dan sabar, karena
belalang hanya bisa mematahkan kayu jika dikerjakan secara terus menerus dan
biasanya dalam tempo waktu yang dapat dikategorikan lama namun secara
keseluruhan bisa bermakna ‘pertahanan yang kuat’.
o
Banji
ornamen pada rumah
Betawi lainnya adalah banji. Banji memiliki pola segi empat, pola ini
dikembangkan dari ornamen dasar Swastika yang merupakan pengaruh kebudayaan
Hindu yang artinya dinamis. Ornamen banji sering dikombinasi dengan unsur
tumbuh-tumbuhan. Yang paling banyak dipilih adalah bunga lima atau bunga tapak
dara.
o
Ornamen
bunga melati
terdapat pada sisi
penutup depan atap, ornamen ini merupakan simbol keceriaan, keharuman, dan
keramahan terhadap siapapun, tidak heran jika masyarakat betawi selalu terbuka
bagi siapapun yang ingin bertamu ke kampungnya. Seperti halnya bunga melati,
ornamen bunga cempaka merupakan simbol bahwa kehidupan pemilik rumah haruslah
selalu wangi dan harmonis. ornamen betawiornamen bunga melati
o
Bunga
matahari
Sedangkan ornamen bunga
matahari berupa ukiran tembus yang biasanya terletak pada bagian atas pintu
ruang tamu ini sebagai perlambang bahwa kehidupan pemilik rumah harus menjadi
inspirasi bagi masyarakat sekitar, karena matahari dilambangkan sebagai sumber
kehidupan dan terang, terang matahari disini diartikan bahwa pemilik rumah
harus selalu memiliki pemikiran dan batin yang terang.
o
Langkan
merupakan pagar pembatas yang ada
di teras dari halaman berbahan kayu, bersimbol seperti patung manusia yang juga
memiliki pesan moral, yaitu etika yang baik dalam bertamu harus melewati dari
halaman depan rumah. Sebab, ketika bertamu lewat belakang atau samping rumah,
bagi masyarakat Betawi merupakan etika yang kurang baik.
Komentar
Posting Komentar